Dunia trading dan investasi seringkali digambarkan sebagai
permainan yang dikuasai oleh para profesional, hedge fund besar, dan namanama
besar di industri keuangan global. Namun kenyataannya, bahkan tokohtokoh besar
seperti George Weiss, Ray Dalio, atau perusahaan raksasa seperti Three Arrows
Capital dan Archegos Capital pun pernah mengalami kerugian besar — bahkan
kebangkrutan. Artikel ini mengulas 10 kesalahan serius yang dilakukan para
trader dan manajer investasi kelas dunia, sekaligus menjadi pelajaran penting
bahwa pasar keuangan adalah arena yang tidak bisa diprediksi sepenuhnya.
1. Overleveraging (Terlalu Banyak Utang)
Archegos Capital, yang dikelola oleh Bill Hwang, menjadi
contoh sempurna. Menggunakan leverage besar dari berbagai bank besar, mereka
membangun posisi masif di sahamsaham seperti ViacomCBS. Ketika pasar berbalik,
margin call tak terhindarkan dan kerugian lebih dari $20 miliar terjadi dalam
hitungan hari.
2. Meremehkan Korelasi Risiko Global
Three Arrows Capital (3AC) ambruk setelah pasar crypto
mengalami penurunan drastis. Mereka terlalu percaya diri pada strategi
arbitrase dan proyek seperti Terra Luna tanpa memperhitungkan risiko sistemik
dan ketergantungan antar aset.
3. Eksposur Tunggal Berlebihan
Banyak hedge fund mengalami kehancuran karena terlalu fokus
pada satu aset atau sektor. Kasus LTCM (LongTerm Capital Management) tahun 1998
adalah pelajaran klasik — terlalu banyak eksposur pada obligasi Rusia yang
kemudian gagal bayar.
4. Mengabaikan Manajemen Risiko
George Weiss, meskipun dikenal sebagai investor legendaris,
juga pernah mengalami drawdown besar karena strategi longonly di pasar obligasi
saat terjadi pembalikan yield secara mendadak. Manajemen risiko yang terlalu
longgar sering jadi titik lemah.
5. Terlalu Percaya pada Model dan Statistik
Ray Dalio, melalui Bridgewater, pernah mencatat kerugian
signifikan akibat terlalu bergantung pada sistem model berbasis algoritma saat
pandemi COVID19. Model tidak mampu memprediksi respons pasar yang emosional dan
didorong oleh ketakutan.
6. Mengabaikan Psikologi Pasar
Banyak hedge fund besar tidak memperhitungkan ketakutan
massal dan euforia pasar ritel. Fenomena GameStop dan saham meme menunjukkan
bagaimana hedge fund bisa kalah melawan kekuatan kolektif trader ritel.
7. Trading Melawan Tren Global
Kesalahan lain adalah terlalu dini melakukan posisi
berlawanan arah tren besar. Hedge fund yang mengambil posisi short pada saham
teknologi pada 2020 terbakar karena pasar justru rally besar.
8. Kurangnya Diversifikasi Strategi
Sebagian manajer aset terlalu bergantung pada satu strategi
tunggal. Saat strategi tersebut tak lagi relevan dengan kondisi pasar, mereka
gagal beradaptasi dan terkena imbas besar.
9. Arogansi dan Kepercayaan Diri Berlebihan
Kesuksesan masa lalu sering menjerumuskan investor
profesional pada sikap overconfidence. Mereka mulai mengabaikan sinyal
peringatan pasar. Ini tercermin dalam kejatuhan beberapa fund seperti Amaranth
Advisors pada 2006 karena spekulasi gas alam yang agresif.
10. Gagal Mengantisipasi Perubahan Kebijakan Global
Perubahan suku bunga, perang dagang, atau intervensi
pemerintah bisa mengubah arah pasar secara brutal. Banyak hedge fund gagal
bertahan karena tidak responsif terhadap dinamika makro seperti tapering Fed
atau krisis geopolitik.
Kesimpulan:
Tidak peduli seberapa hebat strategi, model, atau pengalaman
yang dimiliki seorang trader atau hedge fund manager — pasar tetaplah entitas
liar yang tidak bisa dikendalikan. Risiko maksimum bisa muncul tanpa tandatanda.
Justru dari kegagalan para profesional inilah kita belajar bahwa disiplin,
kehatihatian, dan kerendahan hati adalah fondasi utama dalam menghadapi pasar
yang penuh ketidakpastian.
📌 Spread tipis mulai dari 0.0 ,Komisi $0.01 /lot per side*, StopOut 40%, 👉 Akun Zero Amarkets.
📌 Program Klien Status GoldBroker Amarkets.